Pantai Fiulain dengan view seorang nelayan sedang menjaring ikan (Manafe Melki) |
Fiulain,
periode nusak,
pada era pemerintahan raja Foe Mbura[2]
adalah pusat pemerintahan kerajaan Thie[3].
Sebagai pusat kerajaan kala itu, Fiulain
sangat terkenal baik oleh nusak yang
lainnya di Rote hingga oleh Belanda dikarenakan tempat ini pada tahun 1732 M merupakan
tempat pertama dimana Agama Kristen Protestan dan Pendidikan diperkenalkan di
Rote[4]. “Bibit” persemaian
yang ditanam disinilah yang kemudian berhasil menyebar ke seluruh nusak yang ada di Rote baik itu dalam
hal penyebaran agama Kristen Protestan maupun penyebaran pendidikan
persekolahan[5].
Akan tetapi,
Fiulain, yang sekarang ini, tidak lebih dari hanya sekumpulan gugusan karang
dengan hanya menyisakan pemandangan indah pantainya saja. Untuk sampai kesana,
saat ini, kita harus melewati jalanan yang parah dikarenakan hingga sekarang akses
transportasi maupun infrastruktur berupa jalan masih sangat “langka” dari
perhatian Pemerintah. Pemandangan berupa pantai yang indah harus dilalui dengan
pemandangan jalan-jalan yang rusak dan bergelombang bahkan ada yang tidak
beraspal sama sekali.
Akses Jalan ke Fiulain dengan view semak belukar di sisi kiri dan kanan jalan |
Akses Jalan ke Fiulain dengan view pemandangan pantai |
Tepi Pantai Fiulain |
Sisi kiri Pantai Fiulain |
Sisi kanan Pantai Fiulain |
[1]
Nusak
dalam terminologi masyarakat lokal adalah merupakan sebutan untuk kerajaan
lokal di Rote. Sejak tahun 1660, oleh karena politik adu domba pemerintah
Belanda, di Rote terdapat 19 nusak (kerajaan)
dimana setiap kerajaan mempunyai seorang raja atas kerajaannya masing-masing.
Lihat Hans Hagerdal (2012) dalam buku berjudul Lords of the Land, Lords of the Sea: Conflict and Adaptation in Early
Colonial Timor 1600-1800 Hal: 221
[2]
Foe Mbura alias Benyamin Mesak adalah putra seorang raja Thie yang dilahirkan kira-kira
pada tahun 1680 di Kokolo, yang pada waktu pemerintahan itu, adalah Pusat
Pemerintah nusak Thie
[3]
Kerajaan Thie, menurut versi Fox, belum ada hingga awal abad ke-17.
Arsip Portugis yang dikutip oleh Fox menyebutkan
bahwa hingga awal abad ke-17, di Rote baru hanya ada empat (4) Kerajaan yaitu
Termanu, Bilba, Korbafo dan Dengka. Lihat Fox
(1996) dalam karya Panen Lontar Hal:130
[4]
Pada tahun 1732, Foe Mbura berhasil kembali
ke Fiulain dari misi mencari agama dan pendidikan di Batavia. Sekembalinya dari
Batavia, di Fiulain didirikan gedung gereja yang sekaligus berfungsi sebagai
gedung sekolah didalam Istana kerajaan. Lihat Haning (2013) dalam karya
berjudul Foeh Mbura: Raja, Pendidik dan
Penginjil Hal:22
[5]
Ibid Hal:24-28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar