Merdekakanlah Dirimu Sendiri Sebelum Anda Mulai Memerdekakan Orang lain

Ilmu tanpa agama adalah buta; dan Agama tanpa ilmu adalah lumpuh (Albert Eistein, 1879-1917)

Minggu, 07 Juli 2013

FIULAIN: Nasibmu Kini




Pantai Fiulain dengan view seorang nelayan sedang menjaring ikan
(Manafe Melki)
Fiulain; demikianlah nama tempat ini dikenal sejak Rote masih menganut pemerintahan kerajaan yang dikenal dengan istilah nusak[1] hingga saat ini ketika Rote masuk bagian dalam bingkai NKRI melewati pergantian pemerintahan Orde Lama, ataupun sampai kepada saat ini, Otonomi Daerah, hasil dari Reformasi akibat penolakan dan pemaksaan atas pemerintahan Orde Baru.


Fiulain, periode nusak, pada era pemerintahan raja Foe Mbura[2] adalah pusat pemerintahan kerajaan Thie[3]. Sebagai pusat kerajaan kala itu, Fiulain sangat terkenal baik oleh nusak yang lainnya di Rote hingga oleh Belanda dikarenakan tempat ini pada tahun 1732 M merupakan tempat pertama dimana Agama Kristen Protestan dan Pendidikan diperkenalkan di Rote[4]. “Bibit” persemaian yang ditanam disinilah yang kemudian berhasil menyebar ke seluruh nusak yang ada di Rote baik itu dalam hal penyebaran agama Kristen Protestan maupun penyebaran pendidikan persekolahan[5].


Akan tetapi, Fiulain, yang sekarang ini, tidak lebih dari hanya sekumpulan gugusan karang dengan hanya menyisakan pemandangan indah pantainya saja. Untuk sampai kesana, saat ini, kita harus melewati jalanan yang parah  dikarenakan hingga sekarang akses transportasi maupun infrastruktur berupa jalan masih sangat “langka” dari perhatian Pemerintah. Pemandangan berupa pantai yang indah harus dilalui dengan pemandangan jalan-jalan yang rusak dan bergelombang bahkan ada yang tidak beraspal sama sekali.


Akses Jalan ke Fiulain dengan view semak belukar
di sisi kiri dan kanan jalan

Akses Jalan ke Fiulain dengan view pemandangan pantai

Tepi Pantai Fiulain


Sisi kiri Pantai Fiulain

Sisi kanan Pantai Fiulain





[1] Nusak dalam terminologi masyarakat lokal adalah merupakan sebutan untuk kerajaan lokal di Rote. Sejak tahun 1660, oleh karena politik adu domba pemerintah Belanda, di Rote terdapat 19 nusak (kerajaan) dimana setiap kerajaan mempunyai seorang raja atas kerajaannya masing-masing. Lihat Hans Hagerdal (2012) dalam buku berjudul Lords of the Land, Lords of the Sea: Conflict and Adaptation in Early Colonial Timor 1600-1800 Hal: 221
[2] Foe Mbura alias Benyamin Mesak adalah putra seorang raja Thie yang dilahirkan kira-kira pada tahun 1680 di Kokolo, yang pada waktu pemerintahan itu, adalah Pusat Pemerintah nusak Thie
[3] Kerajaan Thie, menurut versi Fox, belum ada hingga awal abad ke-17. Arsip Portugis yang dikutip oleh Fox menyebutkan bahwa hingga awal abad ke-17, di Rote baru hanya ada empat (4) Kerajaan yaitu Termanu, Bilba, Korbafo dan Dengka. Lihat Fox (1996) dalam karya Panen Lontar Hal:130
[4] Pada tahun 1732, Foe Mbura berhasil kembali ke Fiulain dari misi mencari agama dan pendidikan di Batavia. Sekembalinya dari Batavia, di Fiulain didirikan gedung gereja yang sekaligus berfungsi sebagai gedung sekolah didalam Istana kerajaan. Lihat Haning (2013) dalam karya berjudul Foeh Mbura: Raja, Pendidik dan Penginjil Hal:22
[5] Ibid Hal:24-28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar