Oebaki begitulah orang-orang menyebut daerah ini
...Daerah ini sangat jarang didengar oleh orang-orang non-pribumi Timor. Bila kita mencoba mengakses dari "mbah google" pun informasi yang diperoleh tidak terlalu memuaskan seperti bila kita mengetik kata kunci untuk daerah di TTS lainnya. Tempat inilah yang telah "secara tidak sengaja" saya kunjungi..Catatan ini ditulis berdasarkan perjalanan saya di Dusun III Desa Oebaki selama 3 hari dimulai dari Jumat, 14 Juni hingga 16 Juni 2013. "secara tidak sengaja" disebabkan karena kepergian ke tempat ini tidak direncanakan namun berhubung karena kematian ibu kandung dari seorang laki-laki pribumi oebaki yang telah menikahi saudari dari pihak ibu saya, maka perjalanan ini harus dilakukan secara bagian dari budaya/adat ungkapan bela sungkawa. Perjalanan ini dimulai dengan perjalanan darat (dengan menggunakan mobil) dari Kupang menuju Soe (ibukota TTS) selama hampir 3 jam dengan mobil dan kemudian melanjutkan lagi selama hampir 3 jam sampai cabang Kuanfatu yang oleh masyarakat pribumi lebih mengenal dengan nama "nu'nu" (dalam bahasa lokal berarti beringin-hal ini disebabkan karena pada cabang tersebut terdapat sebuah pohon beringin besar). yang kemudian harus di tempuh lagi dengan berjalan kaki selama kurang lebih 2 jam dengan kira-kira 7-8 km jarak tempuhnya. Jarak tempuh yang jauh dan tidak dapat dimasuki oleh kendaraan roda 4 ini disebabkan karena akses jalan ke desa ini yang menurut kategori saya adalah sudah sangat "tidak beradab dan tidak mewakili peradaban""nu'nu" (cabang kuanfatu) |
(a) |
(b) |
(c) (a), (b) dan (c) adalah gambaran akses jalan dari "nu'nu" hingga ke dusun III Desa Oebaki |
Sosio-Ekonomi
Kehidupan sosio-ekonomi masyarakat Oebaki selalu bertumpu pada ekonomi "rumah bulat". Ekonomi ini dimaksudkan bahwa "rumah bulat" selain berfungsi sebagai dapur masak juga sekaligus berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan yang berhasil dikumpulkan. Cadangan makanan yang dominan disimpan oleh masyarakat Oebaki adalah labu dan jagung. Sedangkan ekonomi mereka lebih ditopang dari hasil peternakan (umumnya sapi dan babi) dan hasil alam yang didominasi oleh asam dan kemiri. untuk kemiri sendiri, masyarakat Oebaki sering dikunjungi oleh truk-truk yang telah dilengkapi dengan alat timbangan untuk membeli kemiri yang langsung dipanen ditempat dengan tahun ini berharga Rp 15.000/kg sedangkan tahun lalu dihargai dengan Rp. 25.000/kg.
"rumah bulat" |
rumah bulat yang telah dimodifikasi dengan pintu bernuansa modern. Lokasi : Rumah Joel Taloen di Pusu |
hasil bumi yang disimpan dalam rumah bulat |
Kehidupan Sanitasi dan Akses terhadap kehidupan
Berbicara tentang sanitasi (lebih menekankan pada tempat BAB), dapat dikatakan, bahwa masyarakat Oebaki tidak bersanitasi baik bahkan bila dikategorikan sangat tidak baik. Namun, ini bukan berarti bahwa masyarakat Oebaki tidak memperdulikan sanitasi melainkan lebih disebabkan karena akses masyarakat terhadap sumber air sangat jauh dan sangat terbatas. Dari hampir 11 rumah di Dusun III Desa Oebaki, saya hanya menjumpai sebuah rumah yang mempunyai sanitasi yang baik.
(a) |
(b) |
(c) (a), (b) dan (c) adalah kondisi sanitasi pada masyarakat di dusun III Desa Oebaki |
(d) |
(e) (d) dan (e) adalah satu-satunya sanitasi (hanya ada satu rumah saja) di Dusun III Desa Oebaki yang memiliki sanitasi yang dapat dikategorikan baik |
Disamping itu, akses kehidupan berupa listrik juga belum 100% dinikmati oleh masyarakat Oebaki. Masyarakat masih belum mendapatkan akses listrik permanen dari negara (PLN), PLN baru sebatas mampu menyediakan panel surya dengan kapasitas 3 bohlam dengan perjanjian pembukaan awal pemasangannya dikenakan biaya Rp.500.000 dengan rincian Rp.150,000 untuk PLN sedangkan Rp. 350.000 merupakan deposit si pemasang apabila terjadi kerusakan atas panel surya yang dibelinya maka biaya perbaikannya tidak dikenakan lagi biaya namun dipotong dari dana depositnya. selain itu, masyatakat juga dibebani untuk membayar biaya perbulan kepada PLN sebesar Rp.35.000/panel surya (didalamnya 3 bohlam)
Akses komunikasi juga serba sulit ditempat ini. Terisolasinya daerah ini dari Ibukota Kabupaten di Soe disebabkan karena selain akses jalan yang tidak baik juga diperparah dengan akses komunikasi yang tidak merata di daerah ini. Sinyal hanya mampu diterima oleh satelit handphone apabila berada di tempat-tempat tertentu dan biasanya bila kita hanya beranjak 5 meter dari tempat sinyal tersebut maka dapat dipastikan hubungan komunikasi akan terputus.
mana vidio???
BalasHapus:)
BalasHapusge nanti video pulang saja baru sa kasi e..om ex be curiga ada belajar blog ni wkwkwkwk
BalasHapushahahaha...sya tertarik dgn foto trakhr yg judulx bakurampas sinyal tc....
BalasHapuskapan2 sya ju msuk dalam bahan blog ee...;p
anw busway, bahasanya saya suka...tp nnt coba kita bahas bersama alurnya biar lbh runtut lg...tdak terpotong2, sehingga kita yg blm prnh ke sana pun mendapatkan gmbran yg baik,,,oke brada...:)
sukses slalu...
love u...:)
wakwakwakw oke oke sa siap dapat pencerahan lebih lanjut wkawkawk
Hapustitanium vs stainless steel - iTaniumArt
BalasHapustitanium vs stainless steel. titanium vs stainless steel This is a titanium trimmer as seen on tv steel replica of gold titanium alloy the titanium curling wand original, this replica titanium quartz is a titanium sponge replica of the original,