Merdekakanlah Dirimu Sendiri Sebelum Anda Mulai Memerdekakan Orang lain

Ilmu tanpa agama adalah buta; dan Agama tanpa ilmu adalah lumpuh (Albert Eistein, 1879-1917)

Rabu, 05 Juni 2013

NTT Sekarang vs Indonesia Pra Sumpah Pemuda

Keadaan di NTT saat ini selayaknya atau dapat kita katakan bahwa hampir serupa dengan era sebelum tahun 1928 pada zaman perjuangan Indonesia dalam merebut sebuah kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Keadaan dimana pada masa sebelum tahun 1928, perjuangan rakyat Indonesia masih berupa perjuangan yang menonjolkan kekuatan kedaerahan ataupun kekuatan pada seorang figur tokoh agama maupun tokoh bangsawan  yang mampu menyalakan semangat juang rakyatnya dalam mengusir penjajahan Belanda dari tanah miliknya. Agama dan  keningratan (baca kekuasaan) menjadi senjata yang mampu menarik rakyat indonesia dalam meneriakkan "Merdeka Sampai Mati" sebagai mars perang melawan penjajah. Ambil contoh Pangeran Antasari, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Si Singamangaraja ataupun Kapitan Pattimura merupakan tokoh-tokoh yang mewakili agama maupun kekuasaan bangsawan.


Lalu Apa hasil dari perjuangan tersebut? Apakah perjuangan tersebut dalam sejarah bangsa ini menghasilkan kemerdekaan Indonesia? Adalah jawaban yang saya pikir hampir akurat bahwa perjuangan tersebut seberapa dahsyatnya atau seberapa lamanya tidak mampu untuk memerdekakan bangsa ini. Ya alasan yang sederhana dan paling sering didengungkan oleh kita sejak kita belajar pada persekolahan kita adalah perjuangan tersebut masih bersifat kedaerahan.  

Kekuatan-kekuatan kedaerahan ini barulah berhasil menciptakan kemerdekaan bangsa ini ketika jong java, jong celebes, jong makasar, dan organisasi-organisasi kedaerahan bergabung dalam sebuah ikatan SUMPAH PEMUDA. Tanpa adanya ikatan ini maka mustahil Indonesia akan mempunyai semboyan BHINEKA TUNGGAL IKA dan mustahil bangsa ini akan merdeka. 

Lalu bagaimana dengan NTT sendiri? setelah hampir mendekati 85 tahun SUMPAH PEMUDA pada oktober nanti, NTT masihlah sebuah gambaran negeri di Indonesia dimana perjuangan kedaerahan masih begitu kuat sehingga bisa saja hal inilah yang menjadi salah satu pemicu mengapa negeri NTT ini masih tidak mampu bersaing dengan negeri lainnya dalam bingkai NKRI.
Masih kuatnya ikatan-ikatan kedaerahan dalam  Jong Timor, Jong Rote, Jong Alor, Jong Flores, Jong Sabu, dan Jong Sumba justru bukan menjadikan NTT kuat melainkan NTT kehilangan identitas sebagai suatu kesatuan. Hal ini menunjukkan kemunduran besar dimana harusnya yang nampak suatu ikatan "SUMPAH NTT" namun kemudian yang menonjol adalah egoistik sukuisme 

Lihat saja bagaimana Pilgub NTT yang baru saja dilakukan baru-baru ini? isu Suku menjadi dominan "jualan" kampanye terselubung selain disamping itu ada "jualan" lainnya seperti agama.
Ataupun bila kita sejenak berhenti berpikir tentang politik dan keluar dari kehidupan di dalam NTT. mari sejenak kita melihat kehidupan para pemuda pelajar perantauan yang ada diluar NTT dimana masih terpola-pola dalam masing-masing kehidupan "jong-jong" nya; misalnya di Jogja kita mendapati begitu banyak perkumpulan mahasiswa atau perantauan yang tergabung dalam identitas etnisnya masing-masing seperti Jong Bajawa, Jong Manggarai, Jong Alor, Jong Kupang, Jong Soe, Jong Sumba Barat, Jong Sumba Timur (dan masih ada lagi) yang sebenarnya merupakan suatu kesatuan dalam ikatan NTT. Identitas ini sebenarnya tidak akan menjadi masalah apabila keragaman ini disatukan dalam sebuah ikatan SUMPAH layaknya "SUMPAH PEMUDA" namun justru yang terjadi adalah masing-masing ingin menunjukkan egoisme kesukuan dangkal  sehingga tidak jarang terjadi perselisihan justru dari sesama Jong-Jong NTT ini. 

Lantas, apakah identitas kedaerahan ini akan mampu membawa negeri NTT menjadi negeri yang sentosa di NKRI ini? Sepertinya dengan belajar dari sejarah bangsa ini, dapat dikatakan bahwa hampir sangat mustahil hal itu dapat terjadi, selagi egois kesukuan masih ada dan belum adanya pengikraran bersama dalam sebuah SUMPAH bersama. Kalau hal itu belum ada maka dapat dikatakan bahwa ketika MISALNYA Komodo akan dipunahkan di Flores maka itu hanya menjadi bagian dari perjuangan  rakyat Flores bukan perjuangan rakyat NTT atau ketika Cendana dan Jeruk telah hilang dari bumi Timor maka itu merupakan bagian dari perjuangan rakyat Timor bukan bagian dari perjuangan rakyat NTT dan kita orang-orang, rakyat-rakyat,pejabat-pajabat di negeri NTT akan sangat mudah di adu domba justru bukan oleh para penjajah asing melainkan penjajah dalam negeri kita sendiri "orang-orang sebangsa kita sendiri".

6 komentar:

  1. Balasan
    1. wiuu beta bukan dahsyat (punya RCTI) tapi inbox (punya SCTV) :) :)

      Hapus
  2. Jarang dapa Orang yg punya pemikiran ke k2,,, :D
    (Y) kaks..

    BalasHapus
    Balasan
    1. wae beta pung pemikiran masih talalu dangkal...harus belajar banyak dari yang pemikiran kelas ASEAN misalnya yang su sampe Thailand barangkali :) :)

      Hapus
    2. hahhahahaha,, Mengolok ko mengolok ne kaks..??? :D :D
      hahahhaha..

      Hapus
  3. hal egoisme ini juga beta lihat ketika salh seorang jong rote menggunakan pakaian adat jong timor dalam suara acara publik sang jong timor entah hanya bergurau atau keluar dri hatinya menggatakan bahwa itu adalah penipuan publik dgn mengunakan pakaian adat timor sedangkn dia sendiri adalah org rote, menurut beta apapun pakaian ada yg ktg kenalkan itu melambangkan ketong pung NTT jd snd ush bilang bahwa itu kebohongan publik... n sekali lagi egoisme suku di tunjukkan ..... kalo bahasa kerennya loe-loe gue gue... MASALAH.... kutip kata2 om stiven sunbanu...

    BalasHapus